Berpuasa di awal-awal bulan ramadhan memang terasa sangat berat, terutama di hari ke-1 hingga hari ke-7 ramadhan. Aktivitas tubuh yang sudah berjalan rutin selama berbulan-bulan harus berubah seketika mengikuti ketentuan yang berlaku di bulan ramadhan.
Tidur yang biasanya 5 hingga 8 jam sehari, kini harus dikurangi menjadi 3 hingga 5 jam sehari. Tubuh dan pikiran yang biasanya bangun jam 4 hingga 5 pagi, harus berubah menjadi jam 2 pagi. Perut yang biasanya mendapat pasokan bahan bakar berupa sepiring nasi jam 6 pagi, kini harus dimajukan menjadi jam 3 pagi. Tambahan bahan bakar yang mestinya diterima pada jam 12 siang, kini ditiadakan.
Nyaris metabolisme di dalam tubuh kita berubah total, mengikuti kondisi yang ada di bulan ramadhan ini. Hingga, menjelang sore hari tubuh menjadi lemas dan tanpa tenaga.
Di hari ke-3 ramadhan kemarin juga begitu. Karena harus mengajar mulai jam 7 pagi hingga jam 4 sore, padahal sedang menjalankan ibadah puasa, membuat tubuh ini terasa lemas. Kadang-kadang tubuh gemetar hingga keluar keringat dingin di bagian punggung dan dada. Puasa saat itu tidak seperti puasa hari ke 1 dan 2 yang lancar-lancar saja.
Menjelang berbuka puasa, istri saya sudah menyiapkan beraneka macam masakan. Di meja makan sudah tersedia nasi beserta sayur-mayur dan lauknya. Di sebelah nasi ada mangkok berisi kolak kesukaan saya. Di sebelahnya lagi ada sedikit gorengan ala kadarnya. Semuanya lengkap tersaji untuk berbuka puasa.
Begitu mendengar suara adzan maghrib dari masjid sebelah, yang menandakan tibanya waktu berbuka puasa, beraneka macam masakan di meja itu saya santap. Terutama kolak kesukaan saya. Rasa dahaga yang sejak tadi terasa, kini sudah mulai berkurang.
Sudah dapat diduga, aksi saya itu membuat perut kekenyangan. Mau sendawa nggak bisa, dan nafas terasa berat. Nyaris tidak bisa melakukan apa-apa. Sholat tarawih yang biasanya di masjid, terpaksa harus dibatalkan.
Tiba-tiba saya teringat ucapan teman-teman tentang mengatasi perut kekenyangan ala jawa. Konon, tips ini berasal dari nenek moyang kita, sudah banyak diterapkan oleh orang jawa dan sudah terbukti khasiatnya. Alatnya pun juga mudah didapat, hanya dengan sebuah entong yang biasanya digunakan untuk mengambil nasi, dan caranya pun cukup sederhana.
Pertama-tama kita ambil entong, kita pegang menggunakan tangan kanan seperti memegang sendok. Kemudian, entong tersebut kita gosok-gosokkan di perut satu arah seperti sedang mengambil nasi. Lakukan berulang-ulang hingga ke seluruh perut. Insya Allah dengan cara ini, kekenyangan yang tadinya dirasakan akan berangsur-angsur hilang.
Namun, mungkin nasib saya saat itu masih kurang beruntung. Kekenyangan yang saya alami ternyata masih belum hilang juga. Kira-kira apa yang salah ya? Apakah entong yang saya gunakan ini kurang bertuah, padahal juga terbuat dari kayu. Ataukah saya salah dalam menggosok-gosokkan entong itu, yang mestinya harus sesuai dengan aturan-aturan tertentu? Entahlah, yang jelas kekenyangan pada diri saya masih belum hilang, hingga akhirnya saya hanya bisa melakukan sholat tarawih di rumah bersama istri.
Leave a Reply