Pepatah yang mengatakan bahwa “Lebih baik terlambat daripada tidak datang sama sekali”, pastilah sering kita dengar. Tapi kalau ada pepatah yang mengatakan bahwa “Lebih baik terlambat daripada datang lebih awal”, mungkin baru sekarang ini kita mendengar.
Paling tidak itulah yang saya alami pada hari Jumat, 1 Agustus 2008 di SMA Negeri 11 Surabaya.
Pagi itu, saya ada jadwal mengajar jam 08:15 WIB. Saya berangkat dari rumah jam 06:00 WIB, karena terlebih dahulu harus mengantar istri yang masuk kerja jam 06:30 WIB. Selesai mengatar istri, barulah saya berangkat menuju tempat kerja saya, yakni di SMA Negeri 11 Surabaya. Karena jarak yang ditempuhnya cukup jauh, paling tidak saya membutuhkan waktu 45 menit untuk tiba di sana.
Sekitar jam 07:10 WIB saya tiba di halaman sekolah yang terletak di wilayah Surabaya barat itu. Di sana saya melihat beberapa siswa/siswi bergerombol di halaman sekolah. Beberapa guru dan karyawan pun ada di sana. Saya tahu bahwa siswa/siswi yang bergerombol itu adalah siswa/siswi yang terlambat, dan tidak diperkenankan masuk.
Setelah memarkir sepeda motor, saya langsung bergegas menuju pintu masuk. Anehnya, saya dilarang masuk oleh salah seorang petugas ketertiban sekolah. Dia mengatakan bahwa guru, karyawan, maupun siswa yang terlambat (lewat jam 06:45 WIB) dilarang masuk.
“Lho, Pak, saya kan nggak terlambat”, kata saya. “Saya nanti baru mengajar jam ke-3 (jam 08:15 WIB), padahal sekarang kan masih jam tujuh lewat sepuluh. Masak saya nggak boleh masuk”, jelas saya dengan sedikit kecewa. Petugas itu mengatakan bahwa siapapun yang datang ke sekolah lewat jam 06:45 WIB, dilarang masuk. Mereka boleh masuk kalau sudah memasuki jam ke-2 yaitu jam 07:30 WIB. “Tadi saya kan mengantarkan istri berangkat kerja, daripada saya pulang lagi, lebih baik saya langsung berangkat ke sekolah”, kata saya meyakinkan, dan bla… bla… bla.
Akhirnya demi ditegakkan ketertiban di sekolah, saya pun harus rela menunggu pintu dibuka sekitar jam 08:30 WIB layaknya orang terlambat. Saya pun yakin bahwa siswa/siswi yang terlambat, yang saat itu bergerombol di depan pintu, pasti mengira saya terlambat.
Jatuh langsung reputasi saya saat itu. Celakanya lagi, beberapa guru yang melihat kedatangan saya, juga mengira seperti itu kepada saya. Ada seorang teman guru yang mengatakan begitu. Wah, repot juga kalau mengalami seperti itu, padahal saya tidak seperti yang mereka lihat. Seandainya saya tahu akan begini, lebih baik saya sengaja datang terlambat (lewat dari jam mengajar 08:15 WIB) daripada datang lebih awal, tapi dikira terlambat. Tapi saya yakin, ada Sang Maha Tahu di atas sana.
Dari kejadian yang saya alami itu, saya menyimpulkan bahwa datang lebih awal itu ternyata tidak selamanya baik, bahkan lebih baik datang terlambat daripada datang terlalu awal. Mulai minggu depan, saya tidak akan datang lebih awal lagi, lebih baik waktunya saya pas-kan saja.
Leave a Reply