Bali seakan tidak pernah habis untuk dibicarakan. Kesenian dan pesona alamnya seakan tidak pernah luntur ditelan zaman. Wisatawan, baik lokal maupun mancanegera, seakan tidak pernah puas untuk datang kembali ke pulau dewata ini.
Tempat yang biasa dijadikan pilihan wisatawan untuk membeli oleh-oleh dari Bali, salah satunya adalah Pasar Seni Sukawati. Dimana Pasar Seni Sukawati ini terletak di Daerah Tingkat II Gianyar, yang terkenal dengan keseniannya. Berbagai jenis kerajinan ada di sana, mulai dari kaos khas Bali, patung, lukisan, sprei, bisa didapatkan dengan harga yang murah.
Harga yang ditawarkan biasanya tinggi, tapi masih bisa ditawar lagi. Tergantung dari kesepakatan antara penjual dan pembeli. Nah, di sini dibutuhkan keberanian dan kesabaran untuk tawar menawar harga, agar bisa mendapatkan barang dengan harga yang paling murah. Sebagai gambaran, saat saya menanyakan harga kaos oblong khas Bali (warna), penjual mengatakan Rp 45.000,- per potong, sedangkan kaos oblong khas Bali (putih) harganya Rp 35.000,-.
Setelah melalui proses tawar-menawar yang alot, mulai dari tawaran sepuluh ribu, dua belas ribu, empat belas ribu, akhirnya kaos oblong khas Bali (warna) tadi, diberikan hanya dengan harga Rp 15.000,- saja. Kaos oblong khas Bali (putih) pun akhirnya diserahkan hanya dengan harga Rp 10.000,- saja.
Tapi, saya tidak tahu apakah harga yang saya tawar tadi adalah harga yang paling rendah atau sebenarnya masih bisa ditawar lagi, saya tidak tahu. Yang jelas, menurut saya, harga segitu sudah cukup murah untuk wilayah Bali, apalagi Bali merupakan kawasan wisata internasional.
Tapi menurut seorang teman, jika kita bisa bahasa Bali, dan menawar dengan dialog Bali, kita bisa mendapatkan harga yang sangat murah. Barangkali si penjual mengira kita orang Bali asli. Kalau memang begitu, mungkin saya perlu kursus privat bahasa Bali, sehingga kalau tahun depan wisata ke Bali lagi, bisa membawa oleh-oleh dengan harga yang sangat murah.
Devari, yang memang orang Bali asli, atau Efi, orang Nganjuk yang tinggal di Bali, mungkin bisa membantu saya untuk belajar bahasa Bali. Hehehe…
Ada satu hal menarik yang tidak boleh dilewatkan di Pasar Seni Sukawati ini. Para perempuan penjual kerajinan di Pasar Seni Sukawati, biasanya selalu mengenakan selendang tipis yang diikatkan di pinggangnya. Konon, kita bisa mengenali status perkawinan mereka hanya dengan melihat ikatan selendang yang ada di pinggangnya itu.
Keterangan Foto :
1. Gapura yang merupakan pintu gerbang Pasar Seni Sukawati tampak dari halaman parkir
2. Perempuan yang mengenakan selendang dengan simpul di depan sebagai tanda masih belum menikah
3. Salah satu penjual kerajinan sedang merapikan barang dagangannya
Selendang yang simpulnya di depan, berarti dia masih gadis. Selendang yang simpulnya ada di samping, berarti dia sudah menikah. Sedangkan selendang yang simpulnya ada di belakang, berarti dia janda.
Leave a Reply