PERJALANAN KE KAMPUNG HALAMAN
Lebaran tahun 2007 sudah semakin dekat. Rencana-rencana menjelang lebaran sudah saya susun bersama istri beberapa hari yang lalu. Belanja beraneka ragam kue sudah saya lakukan. Baju baru untuk anak dan istri pun tak luput pula. Kini tinggal apa lagi? Tentu saja tinggal menunggu kapan tiba saatnya mudik lebaran.
Sudah menjadi tradisi bagi seorang yang mencari rizki di kota besar seperti saya. Acara lebaran merupakan kesempatan baik untuk bertemu dengan sanak saudara di kampung halaman. Sayang sekali kalau moment ini dilewatkan begitu saja. Saya sendiri paling-paling hanya setahun sekali pulang kampung. Jarak yang lumayan jauh antara Ponorogo – Surabaya yang membuat saya jarang pulang kampung. Perjalanan yang ditempuh memakan banyak waktu. Apalagi jarang ada libur panjang. Kalau hanya libur 1-2 hari saja saya memilih tidak pulang. Hanya capek di jalan. Lebih baik saya isi dengan kegiatan yang bermanfaat di Surabaya.
H-3 saya pulang kampung bersama keluarga. Tepatnya pada hari Rabu tanggal 10 Oktober 2007. Sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Saya bersama keluarga berangkat dari Surabaya jam 07:00 WIB. Suasana pagi itu sungguh berbeda dengan suasana mudik lebaran tahun lalu. Tidak begitu ramai dan tidak ada kemacetan sama sekali. Daerah Krian yang biasanya terjadi kemacetan, hari itu malah sepi. Sehingga perjalanan kami pun lancar-lancar saja.
JALAN BERGELOMBANG
Selama perjalanan mudik lebaran, banyak suka-duka yang kami rasakan. Salah satunya yang tidak saya sukai adalah jalan bergelombang. Saya sudah begitu hafal daerah-daerah mana yang jalannya tidak rata, misalnya di Mojokerto. Saya paling sedih kalau lewat jalan di daerah Mojokerto, terutama mulai dari by pass Krian sampai dengan terminal Mojokerto. Lewat daerah itu harus ekstra hati-hati, karena banyak tambalan-tambalan yang membuat jalan bergelombang. Sudah bertahun-tahun jalan dalam kondisi seperti itu. Padahal daerah lain sudah melakukan perbaikan dan pelebaran jalan. Entahlah, aparat sepertinya tidak mau tahu sehingga jalan itu dibiarkan begitu saja.
Berbeda jauh dengan kondisi jalan di Jombang dan Nganjuk. Sekitar tahun 2004 lalu sudah diadakan perbaikan dan pelebaran jalan. Bahkan di beberapa lokasi sudah diberi pembatas di tengah jalan. Sehingga kendaraan yang saya kemudikan bisa melesat maju tanpa ada halangan berarti. Masuk daerah Caruban – Madiun jalan mulai sempit kembali. Namun kondisi jalan tidak seperti di Mojokerto sehingga kendaraan masih bisa melaju dengan cepat.
Memasuki Ponorogo saya seakan-akan sudah merasa sampai di rumah. Maklum, perjalanan yang panjang dan melelahkan sudah kami lewati. Tinggal menunggu beberapa puluh kilometer saja. Saat itu sudah terbayangkan bagaimana senangnya sampai di rumah. Laju kendaraan sedikit saya kurangi sambil menikmati suasana kota kelahiran saya.
Akhirnya, sekitar 30 menit kemudian saya bersama keluarga sampai di rumah disambut oleh orang tua yang sudah lama menunggu. Mudik lebaran kami lalui dengan lancar.
Leave a Reply