Demam 17-an melanda kota-kota besar di seluruh Indonesia. Tidak terkecuali kota Surabaya. Berbagai acara seperti pentas seni, bazar maupun lomba-lomba digelar untuk memeriahkan peringatan HUT kemerdekaan RI tersebut. Mulai dari kampung-kampung sampai dengan kota-kota mulai sibuk mempersiapkan acara yang hanya diperingati setahun sekali itu. Sekolah-sekolah mulai dari PG, SD sampai dengan Perguruan Tinggi pun tidak luput pula. Semua itu dilakukan hanya untuk memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI.
SMA Negeri 11 Surabaya pun tidak mau ketinggalan. Sejak tanggal 14 Agustus lalu berbagai lomba mulai digelar. Mulai dari lomba merangkai bunga, lomba pidato, lomba menghitung kedelai, sampai dengan lomba sepakbola yang mempunyai penonton paling banyak, hampir tiap hari digelar. Jam pelajaran sekolah pun nyaris tidak ada. Semua diberikan hanya untuk lomba. Hanya jam ke-1 dan ke-2 saja yang masih bisa diisi dengan pelajaran sekolah. Selebihnya untuk lomba. Terik sinar matahari yang memancar di halaman sekolah siang itu tidak dirasakan. Siswa-siswi, guru-guru dan karyawan saling beradu.
Saya sebagai salah satu guru di sekolah tersebut tidak luput pula. Saya mengikuti lomba yang mungkin paling sepele dan semua orang pasti bisa yaitu lomba menghitung kedelai. Lomba yang sebelumnya saya katakan sepele itu ternyata setelah dimulai tidaklah mudah. Saya harus menghitung kedelai sebanyak-banyaknya dalam waktu yang telah ditentukan dan kalau ditanya jumlahnya harus tepat.
Di babak penyisihan saya berhasil mengumpulkan kedelai sebanyak 243 butir dan setelah dihitung juri jumlahnya ternyata tepat. Padahal saat itu saya menghitungnya agak ngawur. Setelah berhasil lolos di babak penyisihan saya akhirnya masuk final. Di babak final inilah saya lebih hati-hati yang akhirnya hanya mampu mengumpulkan kedelai sebanyak 175 butir saja. Sangat jauh di bawah hitungan saat babak penyisihan. Tapi untungnya, peserta lain tidak ada yang mencapai 175 butir. Sehingga jelaslah, gelar juara 1 lomba menghitung kedelai jatuh ketangan saya. Saya bersyukur dan berharap-harap agar segera diberi hadiah saat itu juga. Namun ternyata harapan saya sirna. Hadiah itu baru saya terima pada tanggal 20 Agustus lalu. Dengan hati berbunga-bunga, saya bawa pulang hadiah itu ke rumah.
Leave a Reply